Kesedihan yang Bangsat
by
Irfan Yusmartin
- 9:48 AM
Diluar hujan, aku duduk didepan laptop ditemani kopi Neskedai dan lagu Pearl Jam- Even Flow. Sejatinya tidak ada yang patut ditulis, selain puisi kesedihan dan harapan yang begitu banyak, hilang. Seharian ini mungkin akan hujan, mudah-mudahan.
Kadang-kadang aku berpikir, nasib terbaik memang tak pernah dilahirkan, atau mati muda, sebelum akilmochtar baligh. Hidup rasanya makin tak karuan bila menginjak dewasa. Pikiran tumbuh dan bercabang-cabang, tanpa tau dimana akarnya. Apa semua orang begini?
Dulu orang-orang tak suka mendaki gunung, maksudku tidak banyak. Sebuah film laku keras, kemudian orang berbondong-bondong mendaki gunung dan meninggalkan sampah digunung. Dulu juga orang tak banyak suka kopi, hingga orang orang menganggap kopi adalah hal filosofis berkat sebuah film, orang kemudian menganggap kopi dan senja sepaket, padahal kopi ditakdirkan sepaket dengan rasa syukur, bukan pamer filosofi tai kucing. Aku takut suatu saat nanti orang-orang menyukai kesedihan. Aku kini melihat orang-orang menikmati kesedihan lewat karya seni, terutama buku. Ya, mereka menikmatinya. Aku jadi berpikir, apa aku tulis saja kesedihanku agar kaya raya dan terkenal, lalu semua orang mengalami depresi dan bunuh diri, sehingga populasi orang indonesia berkurang?
Tentu saja aku tak ingin, aku seih dan bersama orang-orang yang sedih, memeluk mereka dengan erat, sambil berbisik "Jangan bunuh diri, kontol. Dosa kita banyak".
Valentine, 2019
![]() |
xixixixi |
Kadang-kadang aku berpikir, nasib terbaik memang tak pernah dilahirkan, atau mati muda, sebelum akil
Dulu orang-orang tak suka mendaki gunung, maksudku tidak banyak. Sebuah film laku keras, kemudian orang berbondong-bondong mendaki gunung dan meninggalkan sampah digunung. Dulu juga orang tak banyak suka kopi, hingga orang orang menganggap kopi adalah hal filosofis berkat sebuah film, orang kemudian menganggap kopi dan senja sepaket, padahal kopi ditakdirkan sepaket dengan rasa syukur, bukan pamer filosofi tai kucing. Aku takut suatu saat nanti orang-orang menyukai kesedihan. Aku kini melihat orang-orang menikmati kesedihan lewat karya seni, terutama buku. Ya, mereka menikmatinya. Aku jadi berpikir, apa aku tulis saja kesedihanku agar kaya raya dan terkenal, lalu semua orang mengalami depresi dan bunuh diri, sehingga populasi orang indonesia berkurang?
Tentu saja aku tak ingin, aku seih dan bersama orang-orang yang sedih, memeluk mereka dengan erat, sambil berbisik "Jangan bunuh diri, kontol. Dosa kita banyak".
Valentine, 2019